Perbandingan teks Berita dan teks Editorial
Teks Berita
Hindari Razia, Banyak Pengendara Berpelat Genap Berangkat Kerja Lebih Pagi
Jakarta - Setelah masa uji coba sebulan, Pemprov DKI akhirnya menerapkan sistem
ganjil-genap untuk mengurai kemacetan Ibu Kota. Memasuki hari kedua ganjil
genap, masih sangat banyak pengendara yang memilih untuk berangkat lebih pagi
guna menghindari razia.
Pantauan detikcom, Selasa (31/8/2016) sekitar pukul 06.00 WIB, di titik razia Patung Kuda Arjuna Wiwaha atau lebih dikenal dengan Bundaran Patung Kuda di Monas, Jakarta Pusat, masih banyak pengendara yang memilih untuk berangkat ke kantor lebih awal untuk menghindari razia ganjil genap. Aparat kepolisian dan petugas Dishub juga belum tampak merazia kendaraan.
Pantauan detikcom, Selasa (31/8/2016) sekitar pukul 06.00 WIB, di titik razia Patung Kuda Arjuna Wiwaha atau lebih dikenal dengan Bundaran Patung Kuda di Monas, Jakarta Pusat, masih banyak pengendara yang memilih untuk berangkat ke kantor lebih awal untuk menghindari razia ganjil genap. Aparat kepolisian dan petugas Dishub juga belum tampak merazia kendaraan.
Di hari kedua pemberlakuan ganjil-genap, mobil berpelat nomor polisi genap
dilarang melintas. Namun dari pantauan terlihat masih banyak mobil berpelat
nomor polisi genap yang lewat sebelum aturan diberlakukan.
Waktu pemberlakuan pembatasan kendaraan ini terbagi dua, yakni pukul 07.00
WIB-10.00 WIB dan 16.00 WIB-20.00 WIB. Razia juga akan dilakukan di Jl
Sisingamangaraja, Jl Sudirman, Jl MH Thamrin, Jl Medan Medan Merdeka Barat dan
sebagian Jl Gatot Subroto.
Untuk kendaraan pribadi yang tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku, diharuskan memilih jalur alternatif untuk sampai ke tujuan. Selama uji coba, pelanggar sistem ganjil-genap akan ditindak dengan penilangan.
Untuk kendaraan pribadi yang tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku, diharuskan memilih jalur alternatif untuk sampai ke tujuan. Selama uji coba, pelanggar sistem ganjil-genap akan ditindak dengan penilangan.
(adf/dhn)
Sumber : http://news.detik.com/berita/3287361/hindari-razia-banyak-pengendara-berpelat-genap-berangkat-kerja-lebih-pagi
(detik.com)
Teks Editorial
REFLEKSI
HASIL UJIAN NASIONAL
Kelulusan ujian nasional
(UN) jenjang SMA/MA/SMK di Merauke, Papua, mencapai 95%. Hanya saja, hal itu
dinilai bukan patokan kualitas kelulusan. Hal itu tidak usah dibanggakan, ujar
Kepala Dinas Pendidikan dan Pengajaran Merauke Vincentius Mekiuw di Merauke,
Sabtu (26/5).
Melihat pernyataan di
atas menguatkan apa yang selama ini diwacanakan, khususnya saat UN tiba, yaitu
adanya kesenjangan taraf pendidikan di Tanah Air. Di wilayah barat, pendidikan
relatif maju. Lulusan UN bisa langsung bersaing secara setara di kancah
perguruan tinggi terkenal. Sebaliknya, siswa dari Merauke, jika ingin masuk PTN
terkenal, biasanya harus matrikulasi satu tahun kalau mau setaraf dengan
lulusan setingkat dari Jawa.
Ini fakta yang harus kita
respons. Bagaimana caranya, Indonesia harus meningkatkan kualitas guru. Namun,
satu hal yang sama-sama menjadi perhatian adalah memajukan mutu pendidikan
secara nasional. Hal ini kita garis bawahi mengingat pendidikan menjadi salah
satu faktor penting, kalau bukan kunci, dalam upaya memajukan bangsa. Untuk
kita sendiri, peluang pemerataan pendidikan terbuka dengan pemanfaatan kemajuan
teknologi. Program Palapa Ring yang bertujuan menyetarakan kemajuan
infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi antara Indonesia barat dan
timur adalah salah satu bentuknya.
Kini, meski lulus dengan
persentase tinggi, dari kawasan Indonesia timur masih timbul kerisauan tentang
bagaimana bersaing dengan lulusan asal Jawa. Ini kerisauan yang harus kita
pikirkan upaya mengatasinya. Sejumlah putra Indonesia timur, seperti dari Papua
atau NTT, berhasil menunjukkan intelegensia tinggi, seperti unggul dalam
olimpiade fisika. Tugas kita berikutnya, bagaimana kita menjadikan itu sebagai
pola, bukan kasus.
Indonesia dewasa ini
dihadapkan pada isu hypercomplexity.
Hal ini menuntut tersedianya sumber daya insani unggul sebanyak-banyaknya dari
berbagai penjuru. Hiperkompleksitas tak jarang menuntut kecakapan matematika
untuk meresponsnya. Padahal, menurut berita, banyak ketidaklulusan UN
disebabkan nilai matematika hanya dua. Ini tantangan yang perlu kita jawab
karena matematika menjadi ilmu pengetahuan dasar bagi pengembangan sains dan
teknologi yang dibutuhkan di era modern.
Pencapaian yang dilakukan
pemerintah hendaknya semakin membaik, bukan memburuk dari tahun ke tahun. Dua
solusi yang ditawarkan dalam editorial ini adalah pemanfaatan kemajuan
teknologi melalui program palapa ring dan belajar dengan pengalaman yang ada.
Contohnya, menjadikan putra Indonesia Timur yang berhasil menunjukkan
intelegensianya menjadi sebuah pola bukan kasus.
Mari kita jadikan
pasca-UN sebagai momentum berbenah. Sebagai bangsa pembelajar, jangan lagi kita
mendengar kabar serupa tahun depan, karena hakikat pembelajaran adalah
dicapainya perbaikan, bukan pencapaian yang selalu sama dengan kemarin, apalagi
lebih buruk.
No.
|
Aspek
|
Deskripsi
|
|
Teks 1 (Editorial)
|
Teks 2 (Berita)
|
||
1.
|
Tujuan
|
-
Mengajak
pembaca untuk ikut berpikir dalam masalah yang sedang hangat terjadi
dikehidupan sekitar
-
Memberikan
pandangan kepada pembaca terhadap isu yang sedang berkembang
|
-
Memberikan
berita pada pembaca , penonton dan pendengar tentang kejadian-kejadian yang
pantas , penting dan layak untuk diberitakan
|
2.
|
Struktur
|
1.
Judul
: Refleksi
Hasil Ujian Nasional
2. Masalah : Kelulusan
ujian nasional (UN) jenjang SMA/MA/SMK di Merauke, Papua, mencapai 95%. Hanya
saja, hal itu dinilai bukan patokan kualitas kelulusan. ujar Kepala Dinas
Pendidikan dan Pengajaran Merauke Vincentius Mekiuw di Merauke hal tersebut
tidak perlu dibanggakan.
3. Argumen
:
-
Dari pernyataan Kepala Dinas
Pendidikan dan Pengajaran Merauke Vincentius Mekiuw menguatkan apa yang
selama ini diwacanakan, khususnya saat UN tiba, yaitu adanya kesenjangan
taraf pendidikan di Tanah Air
Fakta : Di wilayah barat, Lulusan UN bisa langsung bersaing
secara setara di kancah perguruan tinggi terkenal. Sebaliknya, siswa dari
Merauke, harus matrikulasi satu tahun kalau mau setaraf dengan lulusan
setingkat dari Jawa.
-
Sejumlah putra Indonesia
timur, seperti dari Papua atau NTT, berhasil menunjukkan intelegensia tinggi,
seperti unggul dalam olimpiade fisika.
Fakta : Namun meskipun begitu, dari kawasan Indonesia timur
masih timbul kerisauan tentang bagaimana bersaing dengan lulusan asal Jawa.
-
Indonesia dewasa ini
dihadapkan pada isu hypercomplexity.
Hal ini menuntut tersedianya sumber daya insani unggul sebanyak-banyaknya
dari berbagai penjuru. Hiperkompleksitas tak jarang menuntut kecakapan
matematika untuk meresponsnya.
Fakta : Menurut berita, banyak ketidaklulusan UN
disebabkan nilai matematika hanya dua.
4. Solusi : Dua
solusi yang ditawarkan dalam editorial ini adalah pemanfaatan kemajuan
teknologi melalui program palapa ring dan belajar dengan pengalaman yang ada.
Contohnya, menjadikan putra Indonesia Timur yang berhasil menunjukkan
intelegensianya menjadi sebuah pola bukan kasus.
5. Kesimpulan : Mari
kita jadikan pasca-UN sebagai momentum berbenah. Sebagai bangsa pembelajar,
jangan lagi kita mendengar kabar serupa tahun depan, karena hakikat
pembelajaran adalah dicapainya perbaikan, bukan pencapaian yang sama dengan
kemarin, apalagi lebih buruk.
|
1.
Judul : Hindari Razia, Banyak Pengendara Berpelat Genap Berangkat Kerja Lebih
Pagi
2. Orientasi
: Jakarta - Setelah masa uji coba sebulan, Pemprov
DKI akhirnya menerapkan sistem ganjil-genap untuk mengurai kemacetan Ibu
Kota. Memasuki hari kedua ganjil genap, masih banyak pengendara yang memilih
untuk berangkat lebih pagi guna menghindari razia.
3.
Isi ( 5w+1h) :
·
What : (apa yang terjadi setelah diterapkannya sistem
ganjil genap?)
Memasuki hari kedua ganjil genap, masih banyak
pengendara yang memilih untuk berangkat lebih pagi guna menghindari razia.
·
When : (kapan pembatasan waktu diterapkannya sistem ganjil
genap?)
Waktu pemberlakuan pembatasan kendaraan ini terbagi
dua, yakni pukul 07.00 WIB-10.00 WIB dan 16.00 WIB-20.00 WIB. Razia juga akan
dilakukan di Jl Sisingamangaraja, Jl Sudirman, Jl MH Thamrin, Jl Medan Medan
Merdeka Barat dan sebagian Jl Gatot Subroto.
·
Who : (siapa saja yang berperan pada sistem tersebut?)
-
Pengendara berpelat ganjil genap
-
Aparat kepolisian dan petugas Dishub juga belum tampak merazia kendaraan.
·
Where : (dimana titik razia itu terjadi?)
Di titik razia Patung Kuda Arjuna
Wiwaha atau lebih dikenal dengan Bundaran Patung Kuda di Monas, Jakarta
Pusat,
·
Why : (mengapa sistem ganjil genap diterapkan?)
Untuk mengurangi kemacetan yang
terjadi di Ibukota Jakarta
·
How : (bagaimana dengan pengendara yang tidak sesuai
dengan peraturan?)
Untuk kendaraan pribadi yang tidak sesuai dengan
ketentuan yang berlaku, diharuskan memilih jalur alternatif untuk sampai ke
tujuan
4.
Penutup :
Untuk kendaraan pribadi yang tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku,
diharuskan memilih jalur alternatif untuk sampai ke tujuan. Selama uji coba,
pelanggar sistem ganjil-genap akan ditindak dengan penilangan.
|
3.
|
Ciri kebahasaan
|
1. Adverbia :
-
jika
ingin masuk PTN terkenal, biasanya
harus matrikulasi satu tahun kalau mau setaraf dengan lulusan setingkat dari
Jawa.
-
....
bukan pencapaian yang selalu sama
dengan kemarin, apalagi lebih buruk.
2. Verba Material :
-
Melihat
pernyataan di atas menguatkan apa yang selama ini diwacanakan, khususnya saat
UN tiba, yaitu adanya kesenjangan taraf pendidikan di Tanah Air. (Persepsi)
|
1. Verba Transitif :
-
Untuk
kendaraan pribadi yang tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku, diharuskan
memilih jalur alternatif untuk
sampai ke tujuan.
-
Pemprov
DKI akhirnya menerapkan sistem ganjil-genap untuk mengurai kemacetan Ibu
Kota.
2. Verba pewarta :
-
Tidak
ada
|
Kesimpulan : perbedaan dari teks editorial dengan teks
berita adalah tujuannya, kalau teks berita menjelaskan tentang suatu kejadia
yang aktual berdasarkan fakta yang ada sedangkan teks editorial berisikan
tanggapan berupa opini atau pendapat-pendapat penulis berdasarkan analisis
terhadap peristiwa. Dan perbedaan selanjutnya adalah strukturnya.
Bagus bbgt ka, makasih bermaafatt, btw kak klo bisa tabel nya di kecilin aja ka
BalasHapus